SEJARAH PURBA SIDAGAMBIR
Oleh Jan Roi Purba Sidagambir
Marga Purba Sidagambir pada awalnya adalah marga Purba Sidadolog, yang
sulung adalah marga sidadolog dan yang bungsu akhirnya bergantih marga
menjadi purba sidagambir, Pergantian marga tersebut tepatnya terjadi di
daerah Simarpapan pada sekitar tahun 1605
Pada masa itu masih
berlaku di Simalungun sistem partuanon, yang sulung marga purba
Sidadolog lah yang memegang tampuk kekuasaan pada masa itu, sedangkan
yang bungsu mencari kegiatan tersendiri yaitu Membuat Gambir (manopa
Gambir) di sebuah pondok kecil.
Partuanon itu berada di daerah
sinaman antara tahun 1575 – 1645 yang menjadi tuan pada pada partuanon
tersebut adalah Tuan dolog masagal Purba Sidadolog.
Kehidupan 2
bersaudara ini sangat tidak harmonis di karenakan adanya perbedaan sifat
yang sangat kontras antara mereka berdua dan konflik antara mereka
berdua semakin parah karena yang sulung memaksa nikah saudara perempuan
(botou) mereka ke daerah Samosir,Botou mereka sempat menetap di samosir,
dan pada suatu waktu akibat ketidakcocokan dengan suaminya di Samosir
dia kembali ke Simalungun sehingga ia dengan memakai perahu menyeberangi
danau toba dan sampai ke daerah tigaras dan di tigaras akhirnya
meninggal dunia akibat kecapaian di yakini sekarang ini tempatnya
meninggal adalah sebuah batu besar ke arah timur tigaras. Jika marga
purbaSidadolog / sidagambir memancinag di daerah sekitar batu tersebut
dan berkeinginan mendapatkan ikan maka dengan keyakinan kita bisa
meminta bantuan yang maha kuasa dengan perantaraan leluhur (amboru) yang
meninggal di sekitar batu tersebut.
Suatu masa ketika ada
jamuan makan di dalam rumah bolon, Tuan teringat akan adiknya yang
sedang berada di dalam pondoknya membuat gambir sehingga tuan menyuruh
seorang pembantu untuk mengajak adiknya untuk ikut serta dalam jamuan
makan namun ajakan abangnya tersebut di tolak olehnya dan menyuruh
pembantu tersebut agar kembali ke rumah bolon, pembantu tersebut
bergegas kembali ke rumah bolon dan menyampaikan tolakan tersebut, lalu
Tuan membungkuskan makanan di dalam daun pisang dengan rapi dan menyuruh
pembantu tersebut kembali ke tempat adiknya untuk menyerahkan makanan
tersebut namun di pertengahan jalan pembantu tersebut justru memakan
makanan yang di titipkan Tuan tersebut dan mengganti makanan tersebut
dengan pamorohan sikkam, pamoroan sikkam tersebut kembali di bungkusnya
dengan rapi dengan daun pisang dan mengantarkannya kepada adik tuan
tersebut.
Adik raja tersebut sangat senang menerima bungkusan
tersebut, lalu ia menghentikan pekerjaanya dan mulai membuka bungkusan
tersebut,alangkah terkejutnya dia ketika mulai meihat isi bungkusan
tersebut bukan makanan yang di hidangkan tapi justru pamoroan sikkam,
maka si adik sangat marah dan atas emosinya yang meluap akhirnya dia
membuat sumpah di panopaan gambirnya bahwa sejak hari kejadian tersebut
dia dan keturunannya tidak akan lagi menggunakan marga Sidadolog mulai
hari itu di panopaan gambirnya dia dan keturunannaya adalah marga Purba
Sidagambir sesuai dengan pekerjaannya membuat gambir.
Sejak dia
bersumpah tidak memakai marga Purba Sidadolog maka hubungannya dengan
abangnya yang merupakan Tuan Dolog Masagal semakin renggang namun ia
masih menetap di daerah kerajaan abangnya dan keturunannya lah yang
akhirnya merantau dan membuat partuanon yang baru.
Partuanon
yang di bangun oleh Purba Sidagambir mulanya ada di daerah Rajani Huta
kemudian dari rajani huta menyebar ke Tanjung marolan (sekarang lebih di
kenal dengan nama dolog huluan).Yang paling sulung dari sidagambir
Rajani huta pergi memperluas wilayah ke daerah tanjung marolan dan
membuka daerah disana. Sedangkan di daerah dolog huluan sudah lebih dulu
menetap sidagambir tuan buttu namun mereka di serang oleh daerah lain
dan mengalami kekalahan serta melarikan diri ke daerah tanjung marolan.
Di tanjung marolan mereka meminta bantuan kepada saudaranya yaitu
sidagambir sin rumah bolon yang menjadi tuan di daerah tersebut.bersama
dengan sidagambir sin rumah bolon dan pasukannya mereka kembali merebut
dolog huluan dan bersama sama menguasi Dolog huluan. Lalu mereka
mendirikan pagar untuk membatasi perkampungan dan perladangan,pagar
tersebut dibuat mengelilingi dolog Huluan dan dibagi menjadi 5 bagian
nama pagar tersebut sesuai dengan pembagian marga sidagambir dan masing
masing marga tersebut menjaga pagar tersebut agar tidak bisa di lewati
hewan peliharaan dan merusak tanaman masyarakat dan jika terjadi
perusakan tanaman oleh hewan maka pagar yang menjadi lintasan hewan
tersebut akan di denda penjaganya. Pagar Sidagambir tuan buttu sering
menjadi lintasan hewan hewan peliharaan ke daerah perladangan sehingga
mereka di denda oleh partuanon padahal kejadian tersebut merupakan ulah
orang orang yang merasa sirik. Akibat terlalu sering di denda dan di
jolimi mereka menjadi sakit hati dan meninggalkan Dolog Huluan kemudian
pindah ke daerah pangkalan tongah .
Lalu pada masa Rajaiam di
daerah huta bagas semakin banyaklah keturunan marga sidagambir di dolog
huluan akibat banyaknya istri. Lalu kemudian anak kedua dari tuan
rajaiam dari istri pertamanya yaitu jaham di suruh kembali kedaerah
tanjung marolan bersama 3 istrinya (sinaga,sumbayak, turnip) namun di
tanjung marolan terjadi tanah longsor (lubang tano) sehingga mereka
membuat perkampungan baru ke arah barat tanjung marolan yaitu nama
perkampungannya Mariah dolog. Sedangkan anak Tuan Rajaiam yang paling
sulung meneruskan partuanon yang ada di dolog huluan. Pada masa Tuan
Mordjati untuk memperluas wilayah dia memindahkan marga sidagambir ke
daerah bangun rahu.
Tuan yang terakhir di dolog huluan adalah
Tuan Rami pada masa Tuan Rami lah terjadi Revolusi di Simalungun dimana
raja raja dan tuan tuan di bunuh dengan pisau sebab banyak raja raja dan
tuan tuan tidak mempan ditembak dengan peluru. Namun Tuan Rami tidak
ikut terbunuh walau sudah sempat di bawa pasukan Harimau Liar, di Silau
Marihat pasukan yang membawa Tuan Rami tersebut berjumpa dengan Pasukan
Harimau Liar lainnya dan pasukan Harimau liar tersebut merupakan
Penduduk Dari Dolog Huluan karena mereka lah Tuan Rami di bebaskan sebab
di mata mereka Tuan Rami adalah Pemimpin yang baik dan adil.
Setelah Revolusi Di Simalungun tuan Rami menjadi penduduk biasa dan
bekerja sebagai petani sampai akhirnya meninggal dunia dan di kuburkan
di Huta Bagas Dolog Huluan.
Tario Purba Sidagambir menjadi Pangulu pertama di Dolog Huluan setelah masa Partuanon di Simalungun berakhir.
Rajaiam memiliki 5 orang istri dan yang menjadi permaisurinya adalah
saudara perempuan dari raja raya jadi partuanon dolog huluan adalah boru
dari partuanon di raya. Hubungan partuanon Dolog Huluan dan partuanon
Raya semakin harmonis sebab tuan rajaiam dapat menjinakkan kerbau liar
milik raja Raya dan sebagai ucapan terimakasih raja raya kepada rajaiam
dia memberikan sepasang kerbau kepada rajaiam.
Di dolog huluan
sendiri yang menjadi si pukkah huta adalah marga Purba Sidagambir
partuanon yang di bangun ada di bawah naungan raja panei purba Dasuha,
namun rumah bolon yang ada di dolog huluan tepatnya di huta bagas musnah
terbakar pada 30 12 1936
Di dolog huluan marga purba sidagambir terbagi menjadi 5 bagian yaitu
1.Sidagambir Sin Rumah bolon
3.Sidagambir Parkahap (Tuan kahap kahap)
4.Sidagambir Tuan buttu
2.Sidagambir Raja goraha
5.Sidagambir Tuan Sipandan
Pembagian marga tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi kerja, dan pangkat dalam partuanon serta berdasarkan tempat tinggal
Sin Rumah bolon adalah yang tertua karena yang memegang partuanon di
dolog huluan adalah marga Sidagambir sin rumah bolon sebab berdasarkan
partuanon di Simalungun yang meneruskan kerajaan adalah anak yang paling
sulung. Fakta lain yang mendukung Sin rumah bolon sebagai sidagambir
yang paling sulung adalah tutur yang berlaku di dolog huluan. Sidagambir
yang 4 lagi memanggil abang kepada Sidagambir Sin Rumah bolon.
Sidagambir parkahap (Tuan kaha kaha) di berikan gelar tersebut karena
keahlian mereka dalam mengamati dan melihat kelemahan musuh atau lebih
tepatnya peran mereka adalah sebagai intel
Sidagambir raja goraha
diberikan nama tersebut disebabkan karena mereka adalah panglima perang
partuanon Dolog huluan sebagai pilar utama pertahanan dolog huluan
Sedangkan Sidagambir tuan Sipandan dan Tuan buttu di berikan gelar
tersebut di sebabbkan tempat tinggal mereka. Sidagambir tuan buttu
mayoritas tinggal di dearah yang tinggi letaknya di Daerah dolog huluan
Dan sidagambir tuan sipandan menetap di tiga sipandan sekarang lebih
dikenal dengan nama Bah bolon. Di daerah tersebut dahulu ada sebuah kayu
besar yaitu kayu “buah” namun sekarang sudah di tumbang dan hanya
menyisakan batang sisa pemotongannya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar